Salam Matsanepa.....
pada kesempatan Hari ini kita akan mengulas tentang Lesson study, seperi yang telah disosialisasikan oleh pengawas pada tanggal 12 Oktober 2013 Kemarin di MTsN Panekan .. semoga Apa yang saya samaikan disini nanti dapat memberi pengatahuan yang berguna bagi kita semua... terutama para guru..
LESSON STUDY
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif
dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk :
- memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
- memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;
- meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
- membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Manfaat yang yang dapat
diambil Lesson Study, diantaranya:
a.
guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
b.
guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota
lainnya, dan
c.
guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil
akhir dari Lesson Study.
Lesson
Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis
MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang
terdiri dari:
- perencanaan (plan);
- pelaksanaan (do);
- refleksi (/see /check);
- tindak lanjut (act).
A. Pendahuluan
Selama
pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan
akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya untuk terus
membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya, mulai dari hal-hal yang
bersifat fundamental-filsafiah sampai dengan hal–hal yang sifatnya
teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang pendidikan terutama
tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara yang terbaik guna mencapai
pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang
handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal, maupun vokasional.
Salah satu masalah atau topik
pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna
mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang
efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di
Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui
teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih
cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi
yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses
dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari
pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang
tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di
Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan
secara ringkas tentang apa itu Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan dalam Lesson Study, dengan harapan dapat memberikan pemahaman sekaligus
dapat mengilhami kepada para guru (calon guru) dan pihak lain yang terkait
untuk dapat mengembangkan Lesson Study lebih
lanjut guna kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.
B. Hakikat Lesson
Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru
pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa
besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di
Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa
negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Studydi Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun
saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model
dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa
sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Studydikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan
pendidikan tinggi.
Lesson
Study bukanlah suatu strategi atau
metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara
kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan
kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran
siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong
terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada
tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan
tentang Lesson
Study sebagai salah satu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara
itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple
idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than
collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons?
While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by
collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and
protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp
mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki
4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
(1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
siswa belajar dan guru mengajar;
(2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat
dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study;
(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui
inkuiri kolaboratif.
(4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang
guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain,
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi
terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
(1) Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului
adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin
ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih
luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan
kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar,
dan sebagainya.
(2) Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada
materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam
pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
(3) Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah
pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa
menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru,
serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta
kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian,
pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam
mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
(4) Observasi pembelajaran
secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan
jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya
melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran
secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh
tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai
hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau
rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai
pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan
sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan
keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:
(1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan,
materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
(2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan
pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting
sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta
kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
(3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan
dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau
partisipan Lesson Study),
(4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru
lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan
kepada siswa,
(5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat
merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
(6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial,
dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih
kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan
siswa, dan
(7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan
tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil
dari Lesson
Study, diantaranya:
1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
2) guru dapat memperoleh umpan balik dari
anggota/komunitas lainnya, dan
3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil
akhir dari Lesson Study.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia,
manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah
Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe
penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah danLesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari
berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan
agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di
sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran
tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten
atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia Universitymenyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur
guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah
perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagaidecision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan
yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya,
khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study.Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang
dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti
pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
C. Tahapan-Tahapan Lesson
Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan
dalam Lesson
Study ini, dijumpai beberapa
pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007)
mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu :
(1) Perencanaan (Plan); (2)
Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan
Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study,
yaitu:
1)
Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru
yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
2)
Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan
apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3)
Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain
pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para
siswa akan merespons.
4)
Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim
melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,
mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5)
Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil
dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6)
Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang
tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana
dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas
temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk
pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara
ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru
yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi
untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara
membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan
sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk
kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan
solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil
analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang
benar-benar sangat matang, yang
didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai
dengan tahap akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama
yaitu:
(1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk
mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan
(2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh
anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau
undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
- Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
- Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
- Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
- Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
- Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
- Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan
ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta
berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum
maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya
mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang
telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan
tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan (bukan
terhadap guru yang bersangkutan). Dalam
menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi
dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan
atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh
peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam
diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil
refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan
penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran
indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai
temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan
refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang
bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses
pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan
pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah
masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di
sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak
disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara
langsung dalam Lesson Study, maka dia
akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya
dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin
lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah.
D. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar.
2. Tujuan Lesson Study adalah : (1)
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru
mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru
lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis
melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana
seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
3. Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu
adanya: (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b) materi pelajaran yang
penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran
secara langsung
4. Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara
lain: (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat
memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat
mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
5. Penyelenggaraan Lesson Study dapat
dilakukan dalam dua tipe: (a) Lesson Studyberbasis sekolah; dan
(a) Lesson Study berbasis MGMP.
6. Lesson Study dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara
siklik, meliputi : (a) tahapan perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do);
(c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act).
Sumber Bacaan:
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to
College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a
Future in the United States?. Online:
sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Lesson Study
Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007. Lesson Study. en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study
Tidak ada komentar:
Posting Komentar